Suatu petang ketika orang-orang sedang sibuk berebut waktu untuk segera pulang ke rumah masing-masing setelah melakukan rutinitas pekerjaan mereka, di sebuah halte busway terlihat seorang ayah dengan 3 orang anak yang masih kecil, ketiga anak ituberusia sekitar 8, 5, dan 3 tahun. Anak paling muda bagaikan seorang putri, begitu cantik dalamdekapan sang bapak. Sedang, kedua anak lainnya adalah putra, bermain-main kesana kemari. Itulah ciri khas anak-anak seantero dunia. Selalu sama dan walaupun tidak ada undang-undang yang membuat mereka sama.
Tibalah busway yang ditunggu-tunggu. Para penumpang bergegas menuju pintu masuk bus.Kemudian keluarga itu dapat duduk dengan tenang di kursi busway yang disusun seperti KRL. Lalu kedua anak laki-laki tersebut beranjak dari kursi mereka dan bermain petak umpet di sela-sela tubuh orang dewasa yang sebagian besar mengisi penuh ruang busway itu, sambil berteriak-teriak kegirangan.
Terlihat beberapa penumpang yang muramkarena merasa tidak nyaman dengan kegaduhan tersebut. Hingga akhirnya ada seseorang yang protes dengan ketusnya kepada ayah tersebut. “pak, anaknya tolong diatur yaa, disini kan penumpang juga ingin tenang, sudah capek kerja, eh pulang masih ada yang ganggu.” Lalu sang ayah sambil menggendong putrinya menjawab dengan senyum, “maaf ya mas, ibu mereka baru saja meninggal sore ini di rumah sakit dan saya belum mengatakan ini ke mereka. Nanti begitu sampai rumah saya akan mengatakannya. Biarlah mereka merasakan kegembiraan yang menjadi hak mereka. Karena saya rasa mereka akan kehilangan banyak kegembiraan setelah tahu bahwa ibu yang biasa mengasuh mereka dan menyayangi mereka sudah tidak bersama mereka lagi untuk selamanya. Mas tidak keberatan kan, kalau mereka main-main sebentar disini? ”
Mendengar apa yang dibicarakan sang ayah, sebagian para penumpang yang mendengarnya lalu terdiam dan merenung termasuk sang pria yang memprotesnya dengan ketus. Tiba-tiba mereka teringat akan ibu mereka. Teringat akan kasih sayangnya dan kesalahan yang telah mereka buat.
Diam-diam diantara mereka ada yang mengambil ponsel di saku celananya, lalu jari jempolnya membuat segaris kalimat , Ibu apa kabar? Besok pagi saya mau pulang jenguk ibu. Maafkan segala salah saya bu...
Kemudian ia mengirimkan sms itu ke ibunya sambil berharap semoga ia masih diberi kesempatan berjumpa dengan ibunya esok hari .
Sumber: Buku Anda Bisa Jika Anda Berfikir Bisa (Vyandra)
No comments:
Post a Comment